Wednesday, April 7, 2010

Jakarta Sudah Tidak Bersahabat Lagi Bagi Pengguna Jalan

Jakarta sudah menjadi kota yang tidak bersahabat bagi penguna jalan. Lalu lintasnya yang padat membuat kita harus mencari alternatif bertransportasi. Bepergian menggunakan mobil di kemacetan Jakarta bisa jadi justru membuang-buang waktu, terutama bagi mereka yang membutuhkan ketepatan waktu. Dan, sudah lama pula, ojek jadi pilihan karena moda transportasi yang satu ini dianggap lebih cekatan untuk membelah kemacetan. Ojek motor adalah pilihan terbaik bagi seseorang yang berpacu melawan waktu. Namun, ada juga orang yang risi jika harus naik ojek, terutama eksekutif muda yang bekerja di jantung bisnis Jakarta. Pasalnya, mereka ngeri harus duduk di belakang tukang ojek yang meliuk-liuk di jalanan Ibu Kota. Selain itu, penampilan para tukang ojek yang ala kadarnya membuat sebagian orang menganggap ojek adalah angkutan kelas bawah.
Irshad Pohan punya mobil yang adem. Jarak dari rumahnya di Warung Jati, Pasar Minggu, ke kantornya di Kuningan, Jakarta Pusat, sejauh delapan kilometer, sebetulnya bisa ditempuh dengan mobil hanya dalam 45 menit. Tapi General Manager Devices Management & Bundling PT Bakrie Telecom itu lebih memilih ojek karena bisa lebih sigap mengarungi kemacetan di Jakarta. Tentu saja Irshad tak mau naik sembarang ojek.
Adalah PT Ningrat Muda Mandiri yang menangkap keinginan Irshad dan banyak eksekutif Jakarta, terutama dari kalangan ekspatriat. Perusahaan ini membidik mereka dengan LimoBike. ”Ini limo roda dua,” kata Mahesa Arba, Manajer Bisnis dan Pengembangan PT Ningrat. Ia tak mau layanannya disamakan dengan ojek yang kian menjamur seiring dengan makin macetnya jalan-jalan di Jakarta dan sekitarnya.
Sebagai limusin, LimoBike memang berbeda dari sekadar ojek. Sepeda motor yang digunakan pada Limobike adalah skuter Piaggio Fly 125 cc automatic, yang harganya sekitar Rp 30 juta. Sekarang Ningrat punya 20 motor buatan Italia itu. Bodi Fly yang ramping cocok untuk menembus kemacetan Jakarta. Agar posisi pengemudinya terpantau, di setiap Fly dipasang alat penentu posisi atau GPS. Alat ini juga berfungsi memantau apakah motor itu berpenumpang atau kosong. Sebab, LimoBike dilarang mengangkut penumpang di jalan. Skuter eksklusif yang diimpor langsung dari Italia ini digunakan karena memiliki keunikan tersendiri, Merek ini selalu mengeluarkan produk dalam jumlah terbatas, sehingga kerap menjadi barang koleksi. Bentuknya yang khas serta harganya yang tinggi juga membuat piagio memiliki nilai lebih. Setiap skuter berwarna kuning terang ini dilengkapi boks bagasi yang bisa diisi barang penumpang seperti laptop atau tas. Boks didesain agar tahan guncangan dan tidak merusak bawaan. Setiap penumpang Limobike diminta mengenakan helm half face sesuai standar keamanan, jas hujan, dan rompi. Kebersihan helm tetap terjaga karena disediakan penutup kepala (showercap) sekali pakai. Wanita penumpang yang mengenakan rok pendek juga tak perlu risi karena Limobike menyediakan kain penutup untuk kaki yang juga berfungsi sebagai jas hujan. Penumpang juga tidak perlu khawatir pengemudi berkendara ugal-ugalan, Kecepatan maksimal Limobike hanya 60 kilometer per jam. Pengendara Limobike sudah dilatih untuk berkendara dengan aman, mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menunjukkan kartu identitas, serta memberi tahu tentang layanan. Setelah sampai di tujuan juga harus memberi salam, tidak main pergi saja, dan oleh karena sebagian pelanggannya warga asing, mereka harus lancar bercakap bahasa Inggris dan minimal lulusan diploma.

No comments:

Post a Comment